Jumat, 27 Juni 2014

EMPAL LEGENDARIS BU WARNO DI PASAR BERINGHARJO


Empal merupakan salah satu jenis kuliner khas yang populer di Jawa. Empal merupakan kuliner olahan dengan bahan baku daging sapi, yang umumnya dipotong dalam bentuk persegi panjang dan relatif tebal. Daging tersebut dibacem dulu sebelum digoreng.

Khusus untuk memasak bacem daging sapi diperlukan waktu sekitar setengah malam. Menurut Ibu Pungky, yang merupakan cucu menantu dari mendiang Ibu Prawiro Suwarno (Bu Warno), dibutuhkan waktu yang cukup lama agar bumbu dapat meresap ke dalam daging, sekaligus daging menjadi demikian empuk. Memang diperlukan keahlian khusus untuk mengolah daging menjadi empal yang empuk dan tidak terlalu kering ketika digoreng.

Menurut Ibu Pungky, mendiang Bu Warno memulai usaha ratengan (menjual makanan matang) pada kisaran dekade 1960-an. Ibu Pungky sendiri merupakan generasi III dari Bu Warno. Bagi Ibu Pungky tidak ada kendala apa pun dalam menjalankan usaha ini. Hanya saja jika persediaan daging di pasaran berkurang ia sedikit merasa terganggu. Harga daging yang tinggi juga membuatnya harus bisa menyiasatinya dengan baik.

Dalam sehari biasanya terjual 10 kilogram empal di warung ini. Itu pun di hari biasa. Sedangkan untuk hari-hari ramai (libur, Sabtu atau Minggu) daging yang dihabiskan bisa mencapai 30-50-an kilogram. Tentu saja hal ini cukup menjanjikan keuntungan yang berlipat. Itu pun belum dihitung dari kuliner yang lain seperti iso, babat, kikil, kripik paru, kripik ceker, abon, dan lain-lain yang juga dijual di warung ini.

Tembi mencoba mencicip empal dan kikil yang disebut cilikan di Warung Sego Empal Bu Warno ini. Dalam pencecapan Tembi semua daging yang disajikan memang terasa sangat empuk dan semuanya disajikan dalam kondisi yang telah dipotong kecil-kecil, namun tetap tampil menyatu seperti daging empal utuh.

Bumbu baceman dari daging empal Bu Warno memang meresap, menyatu dengan dagingnya. Cara menggorengnya juga tidak terlalu kering. Yummy banget. Empal seperti ini sangat cocok dipadu dengan nasi putih yang pulen dan panas. Untuk menaikkan tekanan di lidah, warung ini juga menyediakan sambal korek dan sambal petis. Keduanya pas banget jika dipadukan dengan irisan empal.

Selain empal, Tembi juga mencoba menu cilikan alias kikil bacem yang digoreng. Nikmatnya tidak kalah dengan empalnya. Hanya saja cilikan terkesan lebih lunak karena memang nyaris tanpa serat daging. Namun bagi lidah Tembi bumbu empal dan cilikan terasa agak keasinan. Mungkin karena lidah Tembi telanjur terbiasa dengan kuliner Yogyakarta yang manis. Sekalipun demikian, hal ini tidak mengurangi keistimewaan Empal Bu Warno yang legendaris.

Agar acara ritual bersantap ini lebih lengkap Tembi juga memesan sayur asem, yang terkesan standar. Sayur ini menjadi sentuhan penetral akan empal dan cilikan yang relatif sarat bumbu.

Untuk menjangkau lokasi Warung Empal Bu Warno di Pasar Beringharjo ini pengunjung dapat masuk melalui pintu utama terus ke timur (belakang) hingga los yang menjual jamu (herbal) kemudian naik ke lantai 2. Posisi warung ini berada di sisi timur-selatan dari los atau kompleks kuliner di Pasar Beringharjo. Bisa juga dengan berpedoman atau ancar-ancar di sisi utara Masjil Al Muttaqien Beringharjo.

Warung ini buka setiap hari pukul 08.00-17.00. Untuk satu porsi sego empal dibanderol dengan harga Rp 17.000 Sedangkan untuk satu porsicCilikan Rp 16.000, sayur asem Rp 3.000,00, iso dan babat Rp 16.000. Harga ini dicatat per April 2014. Empal dari Warung Bu Warno bisa tahan 3 hari di luar kulkas.


Dari kiri ke kanan: Ibu Pungky (generasi ketiga Warung Sego Empal Bu Warno),
sahabat Ibu Pungky (baju biru), dan salah satu karyawati Ibu Pungky (jilbab merah)

Bersumber dari : Tembi.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar